الأحد، 27 يناير 2013

endometritis


KATA PENGANTAR

      Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Referat yang berjudul “Infeksi Nifas”

      Mengingat dalam pembuatan Referat ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1.        dr. M. Agung Saptono, Sp. OG, selaku dosen pembimbing.
2.        Teman-teman sekelompok serta semua pihak yang telah membantu memberikan support atas penulisan Referat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
      Dalam penulisan Referat telah berusaha semaksimal mungkin untuk menuangkan ide dan kemampuan, berkonsultasi dengan pembimbing dan membaca literatur. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dalam menyusun Referat. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Kediri, Januari 2012
 

         Penulis

DAFTAR ISI

                    Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................   i
DAFTAR ISI .................................................................................................  ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................  1
1.1  Latar Belakang .................................................................................  1
BAB 2                                                                                    INFEKSI NIFAS       3
2.1 Pengertian ........................................................................................   3
2.2 Etiologi  ...........................................................................................   3
2.3 Faktor Predisposisi  ..........................................................................   4
2.4 Tanda dan Gejala  .............................................................................  5
2.5 Klasifikasi Infeksi Nifas ...................................................................  5
2.6 Pencegahan Infeksi Nifas................................................................ 10
BAB 3 ENDOMETRITIS  ........................................................................... 12
3.1 Pengertian .......................................................................................  12        
3.2 Etiologi ...........................................................................................  13
3.3 Patogenesis .....................................................................................  13
3.4 Gejala Klinis ...................................................................................  13
3.5 Faktor Resiko .................................................................................  14
3.6 Diagnosis ........................................................................................  14
3.7 Penatalaksanaan .............................................................................  14
3.8 Komplikasi .....................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................  16









PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
       Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006).
       Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2005).
       AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008).
       Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia (14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim, 2009).


 

       Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
       Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas; memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas; melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan; jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau; memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).       
      

INFEKSI NIFAS

2.1    Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu  (Saifuddin, 2006; Varney, 2008 ).
      Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006; Cuningham, 2006).
Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas (Wiknjosastro, 2007; Varney, 2008).

2.2    Etiologi
Organisme yang umum menyebabkan infeksi nifas adalah :
1.      Species streptococus (termasuk  S. haemolyticus aerobic, S. viridans, S. pyogenes, dan S. agalactiae). Streptococcus haemolyticus aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2.      Staphylococcus Aureus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.
3.      Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau  rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.


4.      Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.
                                                                               (Varney, 2008; Lusa,2011)
Lusa (2011), mengemukakan berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
1.   Ektogen (kuman datang dari luar)
2.   Autogen (kuman dari tempat lain)
3.   Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

2.3    Faktor Predisposisi
Menurut Saiffudin (2006) dan Varney (2008) faktor predisposisi dari infeksi nifas, antara lain :
1.    Kurang gizi atau malnutrisi
2.    Anemia
3.    Higiene
4.    Kelelahan
5.    Proses persalinan bermasalah, yaitu :
a.    Partus lama (macet)
b.    Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban
c.    Manipulasi intra uteri
d.   Trauma jaringan yang luas  seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e.    Hemoragi
f.     Korioamnionitis
g.    Persalinan traumatik
h.    Retensi sisa plasenta
i.      Teknik aseptik tidak sempurna
6.    Perawatan perineum tidak memadai
7.    Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani.
2.4    Tanda dan Gejala Infeksi nifas
1.    Peningkatan suhu tubuh (38ºC atau lebih) yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
2.    Tachicardia
3.    Malaise umum
4.    Nyeri
5.    Lochea berbau tidak sedap
(Saifuddin, 2006; Helen Varney, 2008)

2.5    Klasifikasi infeksi nifas

1.    Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium

       Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium meliputi :
a.       Vulvitis
Vulvitis adalah  infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
Gambar : Vulvitis
b.      Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
c.       Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Gambar Servisitis
d.        Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam  mulai 48 jam postpartum. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Gambar Endometritis

2.    Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah

       Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
a.       Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.  Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40° C, tekanan darah turun, keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran turun dan gelisah.
b.         Piemia
Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya. Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas, hasil laboratorium menunjukkan leukositosis, lokia berbau, bernanah dan involusi jelek.
c.         Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uteri dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada masa nifas.

Gambar Tromboflebitis

3.      Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe

        Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan parametritis (Sellulitis Pelvika).
a.         Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung, nyeri dan sering terjadi abses. Peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena infeksi.
b.      Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang menjadi abses.

4.      Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium

       Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan peritonitis.
(Saifudin, 2006; Wiknjosastro, 2007; Walsh, 2008; Varney, 2008; Lusa, 2011)
Gambar Salfingitis
Gambar Ooforitis

2.6 Pencegahan Infeksi Nifas
Lusa (2011) mengemukakan bahwa, infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.
1.      Selama kehamilan
a.    Perbaikan gizi.
b.    Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
2.      Selama persalinan
a.    Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
b.    Membatasi perlukaan jalan lahir.
c.    Mencegah perdarahan banyak.
d.   Menghindari persalinan lama.
e.    Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
3.      Selama nifas
a.    Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
b.    Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
c.    Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
d.   Membatasi tamu yang berkunjung.
e.    Mobilisasi dini.



























            

BAB 3
ENDOMETRITIS

3.1    Definisi
       Endometritis adalah radang selaput lendir rahim (endometrium) (Kamus Kedokteran, 2005).
       Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi (Wikipedia, 2011).
Gambar 2.1
Anatomi Uterus
Gambar 2.2
9
 
Endometritis
3.2    Etiologi
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum.
(Wikipedia, 2011; Walsh, 2008)

3.3    Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan pada agina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat hubungan seksual atau melahirkan. Bila jumlah microorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada  penanganan kelahiran yang tidak higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk. Endometritis umumnya terjadi sebelum hari ke 9 karena regenerasi endometrium selesai pada hari ke 9.
(Wikipedia, 2011; Sackarpu, 2001)

3.4    Gejala Klinis
1.    Peningkatan susu tubuh hingga 40° C
2.    Takikardi
3.    Menggigil
4.    Malaise
5.    Nyeri tekan pada perut bagian bawah
6.    Nyeri panggul saat pemeriksaan bimanual
7.    Uterus lunak (sub involusi)
8.    Nyeri abdomen
9.    Lochea purulen dan berbau
10.    Leukositosis
(Saifuddin, 2006; Winkjosastro, 2007; Varney, 2008; Walsh, 2008).

3.5    Faktor Resiko
1.    Ketuban pecah lama
2.    Distosia
3.    Pemeriksaan dalam berulang
4.    Persalinan dengan pembedahan atau alat bantu lainnya
5.    Retensi bagian plasenta yang tertinggal
6.    Perdarahan pasca partum
7.    Anemia
8.    Aborsi
(Cunningham, 2006; Walsh, 2008)

3.6    Diagnosis
Diagnosis endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
(Wikipedia, 2011)

3.7    Penatalaksanaan
1.    Hospitalisasi
2.    Pemberian obat antibiotik spektrum luas seperti sefalosporin (cefoxitin dan cefotetan) dan penisillin.
3.    Pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim.
4.    Mengobati uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik, dengan total waktu penyinaran 1 menit.
(Varney, 2008; Walsh, 2008; Idris, 2011; Wikipedia, 2011)


3.8    Komplikasi
1.  Salpingitis
2. Ooforitis
3.  Peritonitis
(Varney, 2008; Lusa,2011).


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC

DepKes RI (2007) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI

DinKes Jatim (2009) Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya, DinKes Jatim

Idris, Nurmawadah (2011) Endometritis [Internet] Bersumber dari: <http://noormaawaddahworld.blogspot.com/2011/03/endometritis.html> Diakses tanggal 12 Januari 2012

Lusa (2011) Infeksi nifas [Internet] Bersumber dari: <http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas/> Diakses tanggal 4 Januari 2012
Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
                                      (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sackarpu (2011) Endometritis [Internet] Bersumber dari: <http://j3ffunk.blogspot.com/2011/06/endometritis.html/> Diakses tanggal 12 Januari 2012.
Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBSP

Wikipedia (2011) Materi Endometritis [Internet] Bersumber dari: <http://id.wikipedia.org/wiki/Endometritis> Diakses tanggal 12 Januari 2012.
Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC