mu murtini
الخميس، 28 مارس 2013
الأحد، 27 يناير 2013
endometritis
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Referat yang berjudul “Infeksi Nifas”
Mengingat dalam pembuatan Referat ini tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah membantu dalam memberikan dorongan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1.
dr.
M. Agung Saptono, Sp. OG, selaku dosen pembimbing.
2.
Teman-teman sekelompok serta semua pihak yang telah membantu memberikan
support atas penulisan Referat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Dalam penulisan Referat telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menuangkan ide dan kemampuan, berkonsultasi dengan pembimbing dan membaca
literatur. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna dalam menyusun Referat. Oleh karena itu segala kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Kediri,
Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
BAB 2
INFEKSI NIFAS 3
2.1 Pengertian ........................................................................................ 3
2.2 Etiologi
........................................................................................... 3
2.3 Faktor Predisposisi .......................................................................... 4
2.4 Tanda dan Gejala ............................................................................. 5
2.5 Klasifikasi Infeksi Nifas ................................................................... 5
2.6 Pencegahan Infeksi Nifas................................................................
10
BAB 3 ENDOMETRITIS ........................................................................... 12
3.1 Pengertian ....................................................................................... 12
3.2 Etiologi ........................................................................................... 13
3.3 Patogenesis ..................................................................................... 13
3.4 Gejala Klinis ................................................................................... 13
3.5 Faktor Resiko ................................................................................. 14
3.6 Diagnosis ........................................................................................ 14
3.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 14
3.8 Komplikasi ..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa
sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng
kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus
genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006).
Menurut WHO (World Health Organization),
di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang
terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400
perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal
setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2005).
AKI di Indonesia masih tertinggi di
Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup,
Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160
per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di
Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup,
tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per
100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Target Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015
harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008).
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu
di Indonesia dalam bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan
pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Menurut data kesehatan Propinsi Jawa
Timur terakhir pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000
kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur
yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia (14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes
Jatim, 2009).
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara
lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa
nifas; memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas; melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau
infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan; jangan pulangkan
penderita apabila masa kritis belum terlampau; memberi catatan atau intruksi
untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus
mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV
secukupnya (Saifuddin, 2006).
INFEKSI NIFAS
2.1
Pengertian
Masa nifas
(puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin,
2006; Varney, 2008 ).
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan
melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006; Cuningham, 2006).
Infeksi nifas adalah
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital
pada waktu persalinan dan nifas (Wiknjosastro, 2007; Varney, 2008).
2.2
Etiologi
Organisme yang umum menyebabkan
infeksi nifas adalah :
1. Species
streptococus (termasuk S. haemolyticus aerobic, S. viridans,
S. pyogenes, dan S. agalactiae). Streptococcus haemolyticus
aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita
lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus
Aureus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara
eksogen, merupakan penyebab infeksi
sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak
sehat.
3.
Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih
atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
4.
Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat
anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.
(Varney, 2008;
Lusa,2011)
2.3
Faktor Predisposisi
Menurut Saiffudin (2006) dan Varney
(2008) faktor predisposisi dari infeksi nifas, antara lain :
1. Kurang gizi atau malnutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah, yaitu :
a. Partus lama (macet)
b. Persalinan lama khususnya dengan pecah
ketuban
c. Manipulasi intra uteri
d. Trauma jaringan yang luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e. Hemoragi
f. Korioamnionitis
g. Persalinan traumatik
h. Retensi sisa plasenta
i. Teknik aseptik tidak sempurna
6. Perawatan perineum tidak memadai
7. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak
ditangani.
2.4
Tanda dan Gejala Infeksi nifas
1. Peningkatan suhu tubuh (38ºC atau lebih)
yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
2. Tachicardia
3. Malaise umum
4. Nyeri
5. Lochea berbau tidak sedap
(Saifuddin, 2006; Helen
Varney, 2008)
2.5
Klasifikasi infeksi nifas
1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
a.
Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi
pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi di bekas sayatan episiotomi
atau luka perineum. Tepi
luka berwarna merah dan bengkak,
jahitan mudah lepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
Gambar : Vulvitis
b.
Vaginitis
Vaginitis
merupakan infeksi pada daerah
vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi secara langsung pada luka vagina
atau luka perineum.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus dan getah mengandung nanah
dari daerah ulkus.
c.
Servisitis
Infeksi yang sering
terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas
dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.
Gambar Servisitis
d.
Endometritis
Endometritis
paling sering terjadi. Biasanya demam
mulai 48 jam postpartum. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada
luka insersio plasenta) dalam
waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang
terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama
bekuan darah menjadi nekrosis
dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui
dan terjadilah penjalaran.
Gambar Endometritis
2. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang
penyebarannya melalui pembuluh
darah adalah Septikemia,
Piemia dan Tromboflebitis. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan
oleh kuman patogen
Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan
merupakan 50% dari semua kematian
karena infeksi nifas.
a.
Septikemia
Septikemia adalah
keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung
masuk ke dalam peredaran darah
dan menyebabkan infeksi. Gejala klinik septikemia lebih akut antara
lain: kelihatan sudah sakit dan
lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit
atau lebih; suhu meningkat antara 39-40° C, tekanan darah turun, keadaan umum memburuk,
sesak nafas, kesadaran turun
dan gelisah.
b.
Piemia
Piemia dimulai dengan
tromboflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang
diserangnya. Gejala klinik
piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah
ada penyebaran trombus terjadi gejala
umum diatas, hasil laboratorium menunjukkan leukositosis, lokia berbau, bernanah dan involusi jelek.
Radang pada vena terdiri
dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah
pada vena ovarika, terjadi
karena mengalirkan darah dan
luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis
dapat peradangan vena femoralis
sendiri, penjalaran tromboflebitis
vena uteri dan akibat
parametritis. Tromboflebitis
vena femoralis disebabkan aliran
darah lambat pada lipat paha
karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada
masa nifas.
Gambar
Tromboflebitis
3. Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang
penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan parametritis (Sellulitis
Pelvika).
a.
Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis).
Gejala klinik antara
lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik.
Sedangkan peritonitis umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung, nyeri dan sering terjadi abses. Peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33%
dari seluruh kamatian karena infeksi.
b.
Parametritis (sellulitis
pelvika)
Gejala klinik parametritis
adalah nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian
bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat
terkadang menjadi abses.
4. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang
penyebaran melalui permukaan endometrium
adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala
salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan peritonitis.
(Saifudin, 2006; Wiknjosastro,
2007; Walsh, 2008; Varney, 2008; Lusa, 2011)
Gambar Salfingitis
Gambar Ooforitis
2.6 Pencegahan Infeksi Nifas
Lusa (2011) mengemukakan
bahwa, infeksi nifas dapat timbul
selama kehamilan,
persalinan
dan masa nifas,
sehingga pencegahannya berbeda.
1.
Selama kehamilan
a.
Perbaikan gizi.
2.
Selama persalinan
b.
Membatasi perlukaan jalan lahir.
c.
Mencegah perdarahan banyak.
d.
Menghindari persalinan
lama.
e.
Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang
digunakan.
3.
Selama nifas
a.
Perawatan luka post partum dengan teknik
aseptik.
b.
Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah
genital harus suci hama.
c.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya
diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
d.
Membatasi tamu yang berkunjung.
e.
Mobilisasi
dini.
ENDOMETRITIS
3.1
Definisi
Endometritis adalah radang selaput
lendir rahim (endometrium) (Kamus Kedokteran, 2005).
Endometritis adalah peradangan
yang terjadi pada endometrium,
yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim,
yang terjadi akibat infeksi
(Wikipedia, 2011).
Gambar
2.1
Anatomi
Uterus
Gambar
2.2
|
3.2
Etiologi
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis
diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella sp., Vibrio
sp. dan Trichomonas foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri
oportunistik spesifik seperti Corynebacterium
pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum.
(Wikipedia,
2011; Walsh, 2008)
3.3
Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan
pada agina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina
ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat hubungan seksual atau
melahirkan. Bila jumlah microorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim
mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis
kemungkinan besar terjadi pada penanganan kelahiran yang tidak higienis,
sehingga banyak bakteri yang masuk. Endometritis umumnya
terjadi sebelum hari ke 9 karena regenerasi endometrium selesai pada hari ke 9.
(Wikipedia,
2011; Sackarpu, 2001)
3.4
Gejala
Klinis
1. Peningkatan
susu tubuh hingga 40° C
2. Takikardi
3. Menggigil
4. Malaise
5. Nyeri
tekan pada perut bagian bawah
6. Nyeri
panggul saat pemeriksaan bimanual
7. Uterus
lunak (sub involusi)
8. Nyeri
abdomen
9. Lochea
purulen dan berbau
10. Leukositosis
(Saifuddin,
2006; Winkjosastro, 2007; Varney, 2008; Walsh, 2008).
3.5
Faktor
Resiko
1. Ketuban
pecah lama
2. Distosia
3. Pemeriksaan
dalam berulang
4. Persalinan
dengan pembedahan atau alat bantu lainnya
5. Retensi
bagian plasenta yang tertinggal
6. Perdarahan
pasca partum
7. Anemia
8. Aborsi
(Cunningham,
2006; Walsh, 2008)
3.6
Diagnosis
Diagnosis endometritis dapat
didasarkan pada riwayat kesehatan,
pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi.
Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim
(serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina
dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku
dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi).
(Wikipedia,
2011)
3.7
Penatalaksanaan
1. Hospitalisasi
2. Pemberian
obat antibiotik spektrum luas seperti sefalosporin (cefoxitin dan cefotetan)
dan penisillin.
4. Mengobati
uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser
dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik,
dengan total waktu penyinaran 1 menit.
(Varney, 2008; Walsh,
2008; Idris, 2011; Wikipedia, 2011)
3.8
Komplikasi
1.
Salpingitis
2. Ooforitis
3. Peritonitis
(Varney,
2008; Lusa,2011).
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri
Williams. Ed 21. Jakarta : EGC
DepKes RI (2007) Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI
DinKes Jatim (2009) Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya,
DinKes Jatim
Idris, Nurmawadah (2011) Endometritis [Internet]
Bersumber dari: <http://noormaawaddahworld.blogspot.com/2011/03/endometritis.html> Diakses tanggal 12 Januari 2012
Lusa (2011) Infeksi nifas [Internet] Bersumber dari: <http://www.lusa.web.id/infeksi-masa-nifas/> Diakses tanggal 4 Januari 2012
Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
(2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sackarpu (2011) Endometritis [Internet] Bersumber
dari: <http://j3ffunk.blogspot.com/2011/06/endometritis.html/> Diakses tanggal 12 Januari 2012.
Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta,
EGC
Wiknjosastro, Hanifa.
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBSP
Wikipedia (2011) Materi Endometritis [Internet]
Bersumber dari: <http://id.wikipedia.org/wiki/Endometritis> Diakses tanggal 12 Januari 2012.
Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC
الاشتراك في:
الرسائل (Atom)